Sabtu, 11 Juli 2015

Cerpen Angku Amlika

Cerpen Angku Amlika"Pembalasan pasti datang"
Daerah Dar Laus di Ankara msh diselimuti gelapnya subuh. Remang2 terlihat tiang gantungan, tepat di tepi jln menuju Masjid Raya Beiram.
Syeh 'Athif merasa malam senyap itu adalah saat2 terakhirnya di mayapada. Ia sdh siao dg pakaian putih. Dari bibirnya tiada lepas2nya terlontar zikir. Ia sadar n sekaligus pasrah. Dari Ilagi ia datang dan kepadaNYA ia akan kembali.
Algojo, polisi penjara n petugas pengadilan tlh siap disana. Tangan syeh yg sepuh itu sdh diikat ke belakang. Lehernya jg sdh dibelit dg jerat gantungan. Dari mulutnya menggumam doa khusyuk. Waktunya sdh tiba. Suasana semakin mencekam. Per-lahan2 ia mulai manaiki bangku.
Sesuai dg tata cara yg ada, sekali lagi petugas membacakan putusan2 Mahkamah. Kesempatan terakhir. Petugas bertanya, apakah syeh Athif akan mengucapkan pesan terakhirnya. Dengan tenang n jelas mulutnya berkata, Aku berjanji tiada Tuhan selain Allah. Dan aku bersaksi bhw Muhammad itu utusan Allah"
Seusai syahadat itu diucapkan, algojo menyentakkan bangku di bawah kaki syeh. Jerat yg dipasang dilehernya semakin erat. Tubuh tua renta itu ter-gantung2 sebentar sampai akhor tiada bergerak sama sekali. Nun sayup2 terdengar suara azan dari masjid Beiram. Allahu Akbar ! 2 x
Angin subuh yg betiup sepoi2 seakan hendak memutar jasaf syeh agat akhir hayatnya dg wajah menghadap ke kiblat. Kaum muslimin yg hendak menunaikan shalat subuh lewat dg kepala terrunduk. Hening....Air mata pun meleleh.


Bbrp tahun kmd. Kul Ali sbg Ketua Hakim Mahkamah tkh pensiun. Kini sdh tua renta. Bahkan hrs dirawat di rumah sakit. Tdk seorangpun tahu apa penyakit yg dideritanya.
Dua org dokter berdiri termanggu di depan kamarnya. "Sungguh aneh. Tak sanggup rasanya aku masuk ke kamar pasien yg satu ini, kata salah seorang dokter. Dokter yg lain menjawab "kenapa ?"
Dokter pertama menjawab, " Semiga kiranya Tuhan tdk lagi menurunkan penyakit seperti ini. Selama hidupku, blm pernah aku melihat pemandangan seperti ini. Alangkah menakutkan !. Bayangkan...kotoran keluar dari mulutnya. Seluruh temoat tidurnya penuh dg kotorsn n najis. Badannya jg sdh lemah. Tetapi mengapa Tuhan malah memanjangkan deritanya ? mengapa ?"
Di atas kubangan najis, tubuh yg pernah menjatuhkan vonis mati bg syeh Athif itu ber-guling2. Mrnanggung rasa sakit yg amat sangat. Saking sakitnya ia me-robek2 selimutnya. Mengenaskan. Dan tdk seorang dokterpun atau perawat yg mau mendekatinya.
Dikter kedua, dg perlahan lahan membuka pintu kamar pasien yg kena penyakit aneh itu. Serta merta hidungnya disergap oleh bau busuk yg menyengat. Pekikan dan raungan menegakkan bulu romanya. Ia segera menutup hidungnya, dan keluar kamar. "Ah.... tak sanggup aku melihatnya... ujarnya.
Akhirnya kedua dokter itu berlalu dari depan ruang pasien tsb. sambil bertanya tanya... dosa apa kiranya yg diperbuat oleh org tua renta itu sehingga Allah menyiksanya sedemikian rupa..dan masih memanjangkan umurnya dlm derita...'auzubillahi...min zalik.....(malin sati)**

Tidak ada komentar:

Posting Komentar