Kamis, 02 Juli 2015

Menelusuri Tambo Adat Alam Minangkabau

Menelusuri Tambo Adat Alam Minangkabau

Jika dicermati dengan seksama, maka disadari bahwa pengertian dasar tambo berbeda dengan sejarah, oleh karena itu perlu dimaklumi, apabila terdapat perbedaan baik yang ditemui dilapangan maupun dengan pengetahuan / pendengaran pembaca, ada baiknya hal tersebut dibahas secara lebih mendalam oleh berbagai pihak terkait.

Catatan ini hanya ingin sekilas mencoba mendekatkan antara keduanya (Cerita Tambo dan Catatan Sejarah) sebagai bahan pengayaan khasanah ilmu pengetahuan semata.

Di dalam Tambo Adat Alam Minangkabau yang disusun oleh Alm Ahmad Dt Batuah (Angku Guru Ahmad) disebutkan bahwa:

“Asal Manusia Alam Minangkabau
Jika ada orang bertanya kepada kita, Sejak kapankah Alam Minangkabau ini mulai didiami manusia?, maka dapat dipastikan bahwa tidak ada yang dapat menjelaskannya dengan pasti. Tetapi ada suatu riwayat yang menceritakan dari mulut ke mulut bahwa: Pada masa dahulu kala antara benua Afrika dan benua Amerika, merupakan sebuah benua yang besar, namanya Benua Atlantik.
Pada zaman itu meletuslah sebuah gunung di benua tersebut, gempa besarpun terjadi,  kemudian dari tengah laut  muncul sebuah gelora yang maha besar (Tsunami) yang meluluh lantakkan semua yang menghalanginya, sehingga bumi saat itu jadi rata dengan tanah. Peristiwa maha dahsyat itu dinamakan orang “Kiamat Nabi Nuh”.
Bumi seakan-akan tidak mati. Yang tersisa hanya nabi Nuh beserta anak-anaknya serta para pengikut-pengikutnya yang setia terhadap agama yang disampaikan Sang Nabi. Mereka ias selamat dari peristiwa dahsyat itu karena menaiki sebuah perahu yang telah disiapkan nabi Nuh. Kemudian perahu itu dibawa naik oleh gelora besar hingga bersauh di puncak gunung Ararat di tanah Syam. Setelah air surut turunlah mereka kekaki gunung itu, lalu bermukim disitu.

Setelah beberapa lama kemudian mereka itu menjadi berkembang biak, lalu setengahnya pergi mencari tempat diam yang baru, mereka berombong-rombongan ketempat lain. Ada yang ke India sampai kebenua Cina dan lalu ke Jepang. Setengahnya jatuh ke Asia tengah, dari situ kebarat sampai ke Eropah dan setengahnya lagi jatuh ke Kaukasi sampai kepulau-pulau di Indonesia ini.

Catatan : Dalam sebuah buku yang berjudul “Peranan Bangsa Arab dalam memajukan Ilmu Pengetahuan Maritim, yang diterbitkan oleh Al-Ikhlas Surabaya tahun 1982 yang diterjemahkan oleh Drs A. Muchtar Efendy dari Buku Ustd. Ibrahim Muhammad Al-Faham; berjudul Fadl ‘lul Arabi Fir-Tiqail Ma’arif Al-Bahriyah” disebutkan bahwa Thorofah bin Abed, seorang penyair Jahiliah, lahir di kota Bahrain, 538 – 564 M telah menulis sebuah syair waktu itu :

 Kendaraan Malik bin Sa’ad di kala pagi hari,
Bak kapal di tengah danau,
Atau bak kapal Ibnu Yaman di tengah samudera,
Yang membawa pelaut kelana,
Memecah air bak debuan terbagi oleh dua tangan

Al-Jahidh dalam bukunya “Al-Amshor” yang mengatakan bahwa sungai Indus airnya mengalir dari sungai Nil. Abu Utsman tokoh sastra arab yang lahir dan wafat di Basroh 775 – 868 M mengkritik tulisan tersebut yang mengatakan bahwa Al-Jahidh sebagai seorang yang tidak pernah berlayar dan melancong  sehingga tidak mempunyai pengetahuan tentang wilayah beserta jaan-jalannya. Al-Jahidh hanya seorang yang berpidato dikesunyian malam. Karena dia hanya menukil dari pendapat buku-buku yang membingungkan.

Dari keterangan ini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa ini merupkan bukti nyata bagi perkembangan budaya Arab dalam bidang pelayaran (kemaritiman), yang telah banyak menghapus segala macam kebimbangan serta khurafat yang telah berlaku sebelumnya.

Keterangan Tambo : Dalam abad kelima ada tiga orang anak raja di Tanah Hindu, pergi keluar negerinya untuk mencari tanah jajahan. Seorang bernama Seri Maharaja Depang, ia pergi dengan beberapa orang rombongannya menuju kesebelah timur, ke-benua Cina, lalu menyeberang ke Tanah Jepang. Seorang lagi bernama Seri Maharaja Alif, ia pergi dengan rombongannya menuju kesebelah barat ke benua Rum Tanah Parsi lalu ke Eropah dan Afrika. Yang terakhir bernama Seri Maharaja Dirajata, ia berlayar dengan sebuah perahu menuju arah ke Matahari hidup, mencari tanah daratan,

Catatan: Sulaiman al-Iraqi pada tahun 851 M, telah menulis perjalanan dari perairan Arabiyah hingga sampai ke perairan Cina dan ia berlabuh di beberapa pelabuhan Asia. Perjalanan beliau inilah yang nanti akan menjadi dasar penulisan peta abad XX bagi orientalis Perancis Gabril Peron yang hanya merubah beberapa nama pelabuhan serta pantai.
Aba Zaid as-Sirafi melanjutkan pekerjaan tersebut dan menyempurnakannya. Pada tahun 916 ia mengadakan Eksplorasi sepanjang lautan. Semua Eksplorasi sepanjang lautan yang telah mereka lakukan itu adalah merupakan sebuah prestasi besar bagi para pelaku-pelakunya.
Diantara prestasi yang telah banyak mereka capai waktu itu Nampak dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, diantaranya adalah: (1).Bidang ilmu pengetahuan geografi; terutama yang berhubungan dengan penentuan gambar peta bumi dan letak Negara. (2).     Bidang pengetahuan astronomi; terutama yang berhubungan dengan perlengkapan sarana perjalanan laut (voyage/route). (3). Bidang ilmu pengetahuan Arsitektur dan perindustrian; terutama yang berhubungan dengan pembuatan kapal.**)




-AMMS-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar