Senin, 29 Juni 2015

Nagari Koto Anau

Nagari Koto Anau

Pagi itu aku sekeluarga mau ke Nagari Koto Anau. Hari kamis seperti ini biasa ada pasar disana. Persediaan keperluan dapur yang dibeli di pasar Muara Panas senin kemaren sudah mulai menipis. Tentu saja !!, sudah empat hari dikomsumsi, terus menerus.
Pasar Kamis Nagari Koto Anau ini bagiku, sebuah nostalgia masa kecil. Pasar ini dulu, “los” tempat berjualannya bertingkat-tingkat. Kini ditempat itu telah berdiri  SMA Negeri 1 Lembang Jaya.
Aku dulu sering main-main di pasar itu bersama kawan-kawan kubalo jawih (gembala sapi), yang tinggal di Sawah Baruah dan Kandang Kudo. Jika kami mau ke paken kamih (pasar hari kamis) Koto Anau, agar bisa jajan nantinya. Kami sering membawa beberapa kelapa untuk dijual. “lai bakuncang karambia waang yuang !! Kalimat itu sering kami dengar dari para pembeli kelapa disana.  Agar kelapa itu kedengaran berkuncang jika digoyangkan, terkadang sebelum dijual kami jemur dulu kelapa itu dipanas matahari, sehingga airnya berkurang, dan bunyi kuncangnya lebih kedengaran.
Sambil menunggu induak bareh (isteri) dan yang lainnya, aku mulai membuka jejaring internet di HPku, lalu aku temui informasi disana bahwa: Nagari Koto Anau, adalah sebuah nagari yang terletak di kaki Gunung Talang, di Kecamatan Lembang Jaya. Kecamatan Lembang Jaya ini terdiri dari beberapa nagari yaitu Batu Banyak, Batu Bajanjang,  Salayo Tanang/Bukit Sileh, Koto Laweh, Limau Lunggo, dan Koto Anau. Nagari ini juga bagian konfederasi Kubuang Tigo Baleh yang secara adat disebut sebagai Nagari Adik?. Kenapa ya??..
Menurut cerita, asal-usul nama koto anau berasal dari kata koto anam,   karena ada enam buah koto didalam negeri tersebut, yaitu; Tanah Sirah, Koto Gadang, Batu Banyak, Koto Laweh, Limau Lunggo dan Batu Bajanjang. Kemudian masing-masing koto tersebut memisahkan dan membentuk nagari sendiri, sesuai dengan  perkembangan yang ada. Hanya Tanah Sirah dan Koto Gadang  yang masih menggunakan nama Koto Anau untuk menyebut nama nagarinya. Koto Anau bagi orang-orang tua masa lalu  disebut juga Koto Gadang, karena pusat nagarinya berada di Koto Gadang.
Ada juga yang menyebutkan bahwa Nagari Koto Anau berasal dari nama batang enau (aren) yang dulu terdapat di tengah koto.
Ada beberapa tulisan mencatat bahwa “bekas wilayah Kerajaan Koto Anau itu kemudian menjadi wilayah Kecamatan Lembang Jaya, ditambah dengan Ampek Koto Kapak Redai bekas Kerajaan Camin Taruih dan Kerajaan Camin Talayang  yang kemudian menjadi  wilayah Gunung Selasih IV – Koto ( Bukik Sileh, Salayo Tanang, Kampuang Batu Dalam, dan Simpang Tanjung Nan Ampek. Nagari Simpang Tanjung Nan Ampek dan Nagari Kampung Batu Dalam  kemudian masuk kedalam kecamatan Danau Kembar pada tahun 2002.
Menurut cerita lama, penduduk asal nagari koto anau dari daerah Kerajaan Melayu Pagaruyung, dipimpin oleh Rajo  Kaciek. Rombongan ini kemudian bertemu dengan rombongan yang datang dari Pariangan Padangpanjang melalui Nagari Guguk. Dari sinilah muncul istilah “Koto Anau sebagai adik, Guguak sebagai kakak, , Solok sebagai mande, dan Selayo Sebagai bapak.
Tercatat luas wilyah Nagari Koto Anau 48 Km2 terdiri dari  areal persawahan 1.300 Ha. palak dan ladang 1.550 Ha. Perumahan 800 Ha, dan lain-lainnya 1.550 Ha.
Dimanakah “Surau Gadang” yang sering kami lalui dulu…
Dimanakah teman-teman kecilku, semasa aku sekolah dulu…??
Dahulunya Nagari Koto Anau adalah sentra cengkeh terbesar di Sumatera Barat. Masyarakatnya hidup makmur dari hasil rempah yang satu ini. Bisa dikatakan sebuah negeri terkaya waktu itu. Kemudian tahun 70-an tanaman cengkeh ini banyak yang mati. Sehingga banyak warganya yang pergi merantau. Generasi sekarang lebih mengenal warga Koto Anau sebagai pedagang daging, terutama di kota Solok dan Padang.
Nagari Koto Anau memiliki beberapa air terjun, pada dinding-dinding lurahnya, yang disebut dengan timbulun.
Nagari Koto Anau terletak di sebelah Selatan Kota Solok. Jarak dari Koto Anau ke Kota Solok sekitar 13 Km. Ada beberapa jalan yang dapat dilalui untuk tiba disana. Pertama melewati  Muara Panas, nanti di bawah pasar Muara Panas, ada persimpangan yang menuju ke Koto Anau. Jarak dari Muara Panas ke Koto Anau Sekitar 3-4 Km. Kedua melewati  jalan dari Nagari Cupak berbelok kekanan, melewati Nagari Tanah Sirah hingga tiba di Koto Anau. Ketiga melewati jalan Bukik Sileh – Koto Laweh – Batu Banyak, turun terus…. hingga sampai di Koto Anau. Keempat melewati jalan Nagari Kinari, dari Pakan Akaek Kinari,  kita bisa terus ke Koto Anau. Jarak dari Kinari ke Koto Anau sekitar 2 Km.
Lah sudah bakokoh ! (sudah siap semua untuk berangkat !) kataku, Alah kata mereka, lalu akhirnya kami berangkat ke Koto Anau. Setelah melewati jembatan Lubuk Gurah mobil yang aku tumpangi sudah tiba di Lubuk Begalung, begitu cepat mobil itu melintasi jalan kecil yang beraspal tipis itu, begitu sepi. Aku mulai berfikir, jika naik menumpang dengan  mobil ini sekitar lima belas menit perjalanan maka akan sampailah di Nagari Koto Anau. Masih banyak kenangan lama yang tersimpan disini. Tiba-tiba aku berkata kepada yang berada di dalam mobil. Deen turun disiko sajo, yo ? lalu beberapa orang lainnya dengan tercengang menjawab “kenapa?”. Aku mau jalan kaki ke Koto Anau, nanti kita ketemuan dipasar sana saja, ya !!  “ye oii.. kata yang lainnya, lalu aku turun di Sawah Tangah, di dekat bekas langgar mak ustad Malin Sutan. Lalu berjalan kea rah selatan menelusuri jalan it uterus hingga sampai di sawah Cangkiang. Sepanjang kiri-kanan jalan terhampar sawah yang baru saja dibajak dengan mesin. Disisi kiri jalan mengalir sebuah saluran irigasi yang cukup jernih airnya. “Disaluran air ini dulu aku sering memancing ikan “bada tanah, dan bada puyu”. Dirumah Sawah Cangkiang sebelah kiri itu aku sering main, dengan Rajo Bujang.  Etekku dan pak osu Rajo Gampo sebagai bapaknya masih suami-isteri. Dengan perasaan senang bercampur pilu terus aku ayunkan hingga tibalah sekarang di Sawah Baruh. Di depan bekas lepau mak Kati, ada seseorang yang memanggil aku dari dalam lepau kopi.  “Ooi kamano rih ??, singgah laeh luh !!. Lalu dia keluar dari dalam lapau itu sambil menyodorkan tangan untuk bersalaman. “ bilo tibo ?” katanya. Lalu ku jawab “kapatang malen”. ‘Lai ka lamo siko ?, katanya.  ‘gak saminggu lah. jawabku. Melihat aku agak bingung, lalu dia menebak, “pasti wak aang lah lupo jo deen !!”. “siapa yaa ?, kataku. Ditempat ini sangat banyak kawan masa kecilku. Buyuang Adang anak angku Ampiang Basi, Uwin, Ijen, Atin, Munir dll. Ada juga anak mak Munaek Buda di Sawah Sirah, bahkan yang tinggal di sawah Kubu yang dibawah sawah milik orang Koto Anau itu, juga ada. “ siapo ya..?? kataku. “Deen dak tantu dek aang !!, Buyuang !, katanya. Dolu awak acok lalok (sering tidur) disinen aah, lalu dia menunjukkan tangannya kearah sawah Kandang Kudo. Dirumah dakok kincia Angku Sutan Palindih, tu aah, !!.  Oh ya ya !!  “siapo kok yo ? katanya. Kak Buyung Anwar Malin Sulaeman, kan !!  ‘Banna tu, iyo takok dek wak aang, katanya.
“Singgahlah dulu, tadagak deen jo wak ang”, katanya. “Deen lai bak itu juo kak”, kataku. Tapi lain kali laeh kak, “ko anak-anak jo ” induak bareh” (istri) lah dolu ka Koto Anau naik oto tako. Deen sadiang nyo nanti disinen. Kok maota awak, lamo banna nak rang mananti. Bangih nyo ka deen bako kak, kataku. “Iyo lah”, katanya.  Lain kali awak maota. Lalu aku melanjutkan perjalanan.
Setibanya di dekat heler itu, kenangan masa kecil saat bermain disini timbul kembali.  Aah … lupakan saja, aku angin segera sampai di Koto Anau. Tidak lama kemudian maka tibalah aku di tempat yang disepakati sejak dari rumah tadi dan langsung ketemu dengan mereka. Isteri dan anak-anak langsung ngomel, “papa lama amat sih, sampe bengkak kita nungguin nye”.  “ ya maklumlah, yang namanya juga jalan kaki, ya lama !”.
Disimpang jalan arah ke Nagari Batu Banyak itu dulu…, kembali aku tertegun, terbayang bahwa dulu semasa sekolah di Solok, aku sering main bulu tangkis kesini, pada sebuah gedung olah raga negeri ini. Kami datang berombongan untuk latihan bersama dengan teman-teman anak Koto Anau ini. Dimanakah mereka sekarang ??.

“Papa kita pulang yuk” kata anakku. Mama sudah selesai belanja. “Ya.. kita pulang”. Kami semua naik mobil lalu pulang melewati nagari Muara Panas, berbelok ke kanan, hingga akhirnya sampai  di rumah sebelum waktu ashar. @@@

Tidak ada komentar:

Posting Komentar